SEJARAH PURA PARAHYANGAN JAGAT GURU
pura ini diprakarsai oleh umat Hindu di seputaran BSD City, Gading Serpong, Melati Mas, Cisauk, Pamulang, Bintaro, Sarua, Rempoa, Serpong, dan seitarnya. Dengan mendapat dukungan penuh dari para tokoh Hindu Tangerang dan Parisada Propinsi Banten, serta perjuangan selama 3 tahun akhirnya lahan ini bisa dikelola oleh umat Hindu berupa lahan fasilitas umum seluas sekitar 2.200 m dan IMB dari Pemda Tangerang. Awalnya, lokasi yang ditawarkan sebagai tempat pembangunan pura oleh Pemda Tangerang bukanlah di lokasi yang ada sekarang. Lokasi yang ditawarkan sebelumnya ditolak oleh umat karena dari sisi spiritual kurang tepat untuk dijadikan tempat persembahyangan karena lokasinya yang sangat dekat dan merupakan akses ke pemakaman. Dan melalui diplomasi yang alot, maka pura BSD bisa berdiri di lahan yang ada saat ini.
Dalam diskusi yang santai, Bli I Gede Raka, tokoh pemuda Hindu setempat, menjelaskan tentang sejarah berdirinya pura ini dan progress pendirian pura sejauh ini. Bangunan suci yang ada di pura BSD sejauh ini adalah sebuah padmasana yang bergaya Bali dengan batu hitam, berukiran bedawang nala dan satu naga. Khusus untuk arca naga yang hanya satu (biasanya ada dua arca naga yaitu Naga Antaboga dan Naga Besuki) saya belum sempat menanyakan. Di mandala utama pura sendiri rencananya akan dibangun beberapa bangunan suci lain seperti anglurah dan beberapa bangunan suci lainnya. Di pura BSD ini juga rencananya akan dibuat menjadi Hindu Centre untuk wilayah BSD dan sekitarnya. Akan ada juga gedung 3 lantai yang akan difungsikan menjadi aula pertemuan dan ruang kelas pasraman. Yang menarik, gedung yang akan dibangun ini berkonsep green building dengan partisi yang bisa dilipat sehingga seperti berada di ruang terbuka. Tentu konsep hijau ini akan didukung dengan pepohonan yang sudah ditanam di bebrapa bagian pura. Oh ya, ada yang menarik dari salah satu bangunan suci yang ada di pura BSD ini. Pelinggih berupa tugu yang biasanya ada di depan kori agung pura berbentuk unik berupa batu hitam yang tidak berukir dan tidak di pahat secara rapi namun sedikit dibiarkan tidak rata. Saya tidak tahu apakah batu itu akan diukir atau dipahat nantinya.
pawai ogoh-ogoh waktu hari raya nyepi
http://sekadar-coret.blogspot.com/2010/10/diskusi-kecil-di-pura-parahyangan-jagat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar