Selasa, 02 Juni 2015

Resume Hari-hari Suci dan tempat suci agama Budha




Resume kelompok 2:
Siti Kusniyatus Sayidah
Muhammad Najibuddin
Abdul Rosyid
A.    Hari-Hari Suci

1.      Hari suci Waisak 

            Hari suci waisak puja biasanya jatu pada purnama sidhi bulai mei- juni. Pada hari suci ini umat Buddha memperingati 3 peristiwa penting dalam masa hidup sang Buddha gautama yaitu :
1. Lahir nya sidharta gautama di taman lumbini, tahun 623 SM
2. Sidarta Gotama mencapai bodhi ( Penerangan Sempurna) dan menjadi Buddha , tahun 588 SM, pada usianya yang ke 35 tahun di bawah pohon ghodhi, hutan gaya
3. Buddha Gotama mencapai Parinivana tahun 543 SM, pada usia 80 tahun, di kusinara atau kusinaraga.

            Peristiwa Suci Waisak mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati kembali perjuangan hidup Buddha Gotama. Seorang Putera Mahkota Siddharta Gotama yang dibesarkan dengan segala kemewahan di dalam istananya, ternyata rela meninggalkan semuanya itu demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Beliau pergi meninggalkan istana bukan karena terpaksa atau dipaksa, juga bukan karena kepentingan pribadi. Beliau pergi meninggalkan istana dan segala kesenangan duniawi karena dorongan untuk mencari sesuatu yang hakiki. Beliau berjuang dengan gigih dan pantang menyerah dalam upaya mencari jalan yang dapat membebaskan makhluk dari segala bentuk penderitaan.

2.      Hari Suci Asadha

Hari suci Asadha puja biasanyajatuh pada purnamasidhi bulan mei-juni. Pada hari suci ini umat Buddhamemperingati dua peristiwa penting dalam masa hidup sang Buddha sang Buddhagauama yaitu :      
1. Saat pertamakalinya sang Buddha gautama memberikan khotbah setelah beliau menjad uddha, khotbah tersebut di kenal dengan nama “dharmacakrapravartana” atau “ khotbah pemutaran roda kebenaran “ yang berisi catvari arya satyani/empat kesunyataan mulia.  
2. Pada saatini pulalah sangha yang pertama muncul di dunia engan sang Buddha gautama sendiri yang bertindak selaku nayaka (ketuan) nya.
Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
1. Dukkha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
2. Dukkha Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab dukkha.
3. Dukkha Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya dukkha
4. Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk melenyapkan dukkha.

3.      Hari Suci Kathina
        
Hari suci kathina puja di rayakan tiga bulan setelah Asadha, perayaan dapat di langsungkanpada dalam waktu satu bulan sesudah hari pertama berakhirnyamasa vassa.
            Umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan menyelenggarakan perayaan Kathina Puja. Umat Buddha berterima kasih kepada para Bhikkhu / Bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa di daerah mereka, dengan mempersembahkan Kain Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah Kathina. Dalam Kitab Mahavagga berbahasa Pali, bagian dari Vinaya Pitaka, Sang Buddha mengatakan kepada para bhiksu, ketika Beliau berada di Jetavana Arama milik Anathapindhika, dikota Savantthi, sebagai berikut :
“Aku memperolehkan Anda sekalian, oh para bhikku,
untuk menerima Kain Kathina
sebagai bahan pembuatan jubah Kathina
jika telah menyelesaikan masa vassa”

B.     Pengertian dan Fungsi Vihara

Wihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Pada jaman Buddha masih hidup vihara digunakan sebagai tempat tinggal para bhikkhu. Sekarang vihara beralih fungsi sebagai tempat untuk melaksanakan puja bakti atau persembahan puja dari umat Buddha kepada sang Buddha.
Vihara yang lengkap terdiri dari:
  1. Uposathagara, yaitu gedung uposatha (pesamuan para bhikkhu), uposathagara merupakan suatu tempat di vihara  yang digunakan untuk  melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penerangan vinaya, penabisan bhikkhu, untuk upacara pembacaan patimokha yaitu 227 peraturan kebhikkhuan pada bulan gelap dan bulan terang, upacara untuk mengakui kesalahan-kesalahan para bhikkhu pada saat melaksanakan vassa, tempat untuk melakukan upacara persembahan jubah khatina.
  2. Dhammasala atau dharmasala, yaitu tempat puja bakti dan pembabaran dhamma. Ditempat inilah umat Buddha melakukan puja bakti  dan mendengarkan uraian dhamma dari para bhikkhu, pandita atau dharmaduta.
  3. Kuti, yaitu tempat tinggal untuk para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri. Didalam kuti para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri tinggal, melatih diri, seperti bermeditasi.
  4. Perpustakaan, sama seperi fungsi perpustakaan lainya yaitu sebagai tempat untuk buku-buku agama atau yang isinya berhubungan dengan keagamaan dan berbagai pengetahuan lainya. Juga merupakan tempat menyimpan kitap suci. Perpustakaan bisa digunakan untuk para bhikkhu maupun umat awam yang ingin belajar dhamma.
  5. Pohon Bodhi, pohon kebijaksanaan yang mengingatkan pada pencerahan dari pertapa gotama.
Di vihara umat Buddha melakukan penghormatan kepada buddharupang (patung Buddha) sebagai simbolis dari perwujudan tubuh Buddha. Umat bisa melakukan bakti sosial, sharing dhamma, dan berbagai kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan di vihara.
C. Candi-Candi Budha di Indonesia
1. Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
2. Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi. Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
3. Candi Ngawen
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
4.Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
5.Candi Banyunibo
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar