Resume kelompok 2:
Siti Kusniyatus Sayidah
Muhammad Najibuddin
Abdul Rosyid
A. Hari-Hari
Suci
1.
Hari suci Waisak
Hari suci waisak puja biasanya jatu pada purnama sidhi bulai mei- juni. Pada
hari suci ini umat Buddha memperingati 3 peristiwa penting dalam masa hidup
sang Buddha gautama yaitu :
1. Lahir nya
sidharta gautama di taman lumbini, tahun 623 SM
2. Sidarta Gotama
mencapai bodhi ( Penerangan Sempurna) dan menjadi Buddha , tahun 588 SM, pada
usianya yang ke 35 tahun di bawah pohon ghodhi, hutan gaya
3. Buddha Gotama
mencapai Parinivana tahun 543 SM, pada usia 80 tahun, di kusinara atau
kusinaraga.
Peristiwa Suci Waisak mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati
kembali perjuangan hidup Buddha Gotama. Seorang Putera Mahkota Siddharta Gotama
yang dibesarkan dengan segala kemewahan di dalam istananya, ternyata rela
meninggalkan semuanya itu demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Beliau
pergi meninggalkan istana bukan karena terpaksa atau dipaksa, juga bukan karena
kepentingan pribadi. Beliau pergi meninggalkan istana dan segala kesenangan
duniawi karena dorongan untuk mencari sesuatu yang hakiki. Beliau berjuang
dengan gigih dan pantang menyerah dalam upaya mencari jalan yang dapat
membebaskan makhluk dari segala bentuk penderitaan.
2.
Hari Suci Asadha
Hari
suci Asadha puja biasanyajatuh pada purnamasidhi bulan mei-juni. Pada hari suci
ini umat Buddhamemperingati dua peristiwa penting dalam masa hidup sang Buddha
sang Buddhagauama yaitu :
1. Saat
pertamakalinya sang Buddha gautama memberikan khotbah setelah beliau menjad
uddha, khotbah tersebut di kenal dengan nama “dharmacakrapravartana” atau “
khotbah pemutaran roda kebenaran “ yang berisi catvari arya satyani/empat
kesunyataan mulia.
2. Pada saatini
pulalah sangha yang pertama muncul di dunia engan sang Buddha gautama sendiri
yang bertindak selaku nayaka (ketuan) nya.
Cattari Ariya
Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
1. Dukkha
Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
2. Dukkha Samudaya
Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab dukkha.
3. Dukkha Nirodha
Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya dukkha
4. Dukkha Nirodha
Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk
melenyapkan dukkha.
3. Hari
Suci Kathina
Hari
suci kathina puja di rayakan tiga bulan setelah Asadha, perayaan dapat di
langsungkanpada dalam waktu satu bulan sesudah hari pertama berakhirnyamasa
vassa.
Umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan menyelenggarakan perayaan
Kathina Puja. Umat Buddha berterima kasih kepada para Bhikkhu / Bhikkhuni yang
telah menjalankan masa vassa di daerah mereka, dengan mempersembahkan Kain
Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah
Kathina. Dalam Kitab Mahavagga berbahasa Pali, bagian dari Vinaya Pitaka, Sang
Buddha mengatakan kepada para bhiksu, ketika Beliau berada di Jetavana Arama
milik Anathapindhika, dikota Savantthi, sebagai berikut :
“Aku memperolehkan
Anda sekalian, oh para bhikku,
untuk menerima Kain
Kathina
sebagai bahan
pembuatan jubah Kathina
jika telah
menyelesaikan masa vassa”
B.
Pengertian dan Fungsi Vihara
Wihara adalah rumah ibadah
agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil.
Pada jaman Buddha masih hidup vihara digunakan sebagai tempat tinggal para bhikkhu.
Sekarang vihara beralih fungsi sebagai tempat untuk melaksanakan puja bakti
atau persembahan puja dari umat Buddha kepada sang Buddha.
Vihara yang lengkap terdiri dari:
- Uposathagara, yaitu gedung uposatha (pesamuan para bhikkhu), uposathagara merupakan suatu tempat di vihara yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penerangan vinaya, penabisan bhikkhu, untuk upacara pembacaan patimokha yaitu 227 peraturan kebhikkhuan pada bulan gelap dan bulan terang, upacara untuk mengakui kesalahan-kesalahan para bhikkhu pada saat melaksanakan vassa, tempat untuk melakukan upacara persembahan jubah khatina.
- Dhammasala atau dharmasala, yaitu tempat puja bakti dan pembabaran dhamma. Ditempat inilah umat Buddha melakukan puja bakti dan mendengarkan uraian dhamma dari para bhikkhu, pandita atau dharmaduta.
- Kuti, yaitu tempat tinggal untuk para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri. Didalam kuti para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri tinggal, melatih diri, seperti bermeditasi.
- Perpustakaan, sama seperi fungsi perpustakaan lainya yaitu sebagai tempat untuk buku-buku agama atau yang isinya berhubungan dengan keagamaan dan berbagai pengetahuan lainya. Juga merupakan tempat menyimpan kitap suci. Perpustakaan bisa digunakan untuk para bhikkhu maupun umat awam yang ingin belajar dhamma.
- Pohon Bodhi, pohon kebijaksanaan yang mengingatkan pada pencerahan dari pertapa gotama.
Di vihara umat
Buddha melakukan penghormatan kepada buddharupang (patung Buddha) sebagai
simbolis dari perwujudan tubuh Buddha. Umat bisa melakukan bakti sosial,
sharing dhamma, dan berbagai kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan
di vihara.
C.
Candi-Candi Budha di
Indonesia
1.
Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi
ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur
berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur
sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai
puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
2.
Candi Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha.
Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah, beberapa kilometer dari candi. Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti
Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang
artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de
Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
3.
Candi Ngawen
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum
candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan,
Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada
abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun
824 M.
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
4.Candi
Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks
Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan,
candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini
merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
5.Candi
Banyunibo
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa)
adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di
bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini
dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada
bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama
Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari
candi ini terlihat masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara
dan bentuk relief lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai
bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada
tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar