Blog ini dibuat untuk memenuhi dan membagikan Tugas Mata Kuliah Hindu Buddha di Indonesia dengan dosen pengampu Siti Nadroh M.Ag Kelompok 2: Siti Kusniyatus Sayidah, Muhammad Najibuddin, dan Abdul Rosyid.
Kamis, 25 Juni 2015
Kamis, 18 Juni 2015
Sejarah Pura Parahyangan Jagat Guru
SEJARAH PURA PARAHYANGAN JAGAT GURU
pura ini diprakarsai oleh umat Hindu di seputaran BSD City, Gading Serpong, Melati Mas, Cisauk, Pamulang, Bintaro, Sarua, Rempoa, Serpong, dan seitarnya. Dengan mendapat dukungan penuh dari para tokoh Hindu Tangerang dan Parisada Propinsi Banten, serta perjuangan selama 3 tahun akhirnya lahan ini bisa dikelola oleh umat Hindu berupa lahan fasilitas umum seluas sekitar 2.200 m dan IMB dari Pemda Tangerang. Awalnya, lokasi yang ditawarkan sebagai tempat pembangunan pura oleh Pemda Tangerang bukanlah di lokasi yang ada sekarang. Lokasi yang ditawarkan sebelumnya ditolak oleh umat karena dari sisi spiritual kurang tepat untuk dijadikan tempat persembahyangan karena lokasinya yang sangat dekat dan merupakan akses ke pemakaman. Dan melalui diplomasi yang alot, maka pura BSD bisa berdiri di lahan yang ada saat ini.
Dalam diskusi yang santai, Bli I Gede Raka, tokoh pemuda Hindu setempat, menjelaskan tentang sejarah berdirinya pura ini dan progress pendirian pura sejauh ini. Bangunan suci yang ada di pura BSD sejauh ini adalah sebuah padmasana yang bergaya Bali dengan batu hitam, berukiran bedawang nala dan satu naga. Khusus untuk arca naga yang hanya satu (biasanya ada dua arca naga yaitu Naga Antaboga dan Naga Besuki) saya belum sempat menanyakan. Di mandala utama pura sendiri rencananya akan dibangun beberapa bangunan suci lain seperti anglurah dan beberapa bangunan suci lainnya. Di pura BSD ini juga rencananya akan dibuat menjadi Hindu Centre untuk wilayah BSD dan sekitarnya. Akan ada juga gedung 3 lantai yang akan difungsikan menjadi aula pertemuan dan ruang kelas pasraman. Yang menarik, gedung yang akan dibangun ini berkonsep green building dengan partisi yang bisa dilipat sehingga seperti berada di ruang terbuka. Tentu konsep hijau ini akan didukung dengan pepohonan yang sudah ditanam di bebrapa bagian pura. Oh ya, ada yang menarik dari salah satu bangunan suci yang ada di pura BSD ini. Pelinggih berupa tugu yang biasanya ada di depan kori agung pura berbentuk unik berupa batu hitam yang tidak berukir dan tidak di pahat secara rapi namun sedikit dibiarkan tidak rata. Saya tidak tahu apakah batu itu akan diukir atau dipahat nantinya.
pawai ogoh-ogoh waktu hari raya nyepi
http://sekadar-coret.blogspot.com/2010/10/diskusi-kecil-di-pura-parahyangan-jagat.html
SISTEM KEMASYARAKATAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
SISTEM KEMASYARAKATAN, FILSAFAT DAN KEPERCAYAAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A. Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat Hindu memiliki lima strata atau lebih dikenal dengan nama Kasta. Namun, pada tahun 1950 M pemerintah India secara resmi menghapus kasta terakhir. Kasta-kasta
tersebut adalah berikut:
1) Kasta Brahma (Kelas Putih): terdiri dari kalangan pendeta, dan pemuka agama Hindu
2) Kasta Ksatria (Kelas Merah): terdiri dari penguasa dan tentara
3) Kasta Waisya (Kelas Kuning): terdiri dari kalangan petani dan pedagang
4) Kasta Sudra (Kelas Hitam) : terdiri dari para pengrajin
5) Kasta Paria terdiri dari kelompok yang dipandang rendah dari perspektif agama Hindu, seperti penggali kubur, petugas kebersihan dam semacamnya.
B. Filsafat dan Sistem Kepercayaan.
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat. Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
C. Sistem pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
Konsep kerajaan menurut tradisi Hindu yaitu sebuah alam-semesta kecil yang berupa mandala yang dipimpin oleh raja dan dikelilingi oleh kekuatan konsentris yang terdiri dari para pendeta, pemerintah, bangsawan, tentara, dan rakyat jelata. Masing-masing mandala mewakili area kekuasaan inti sang tuan tanah.
Gambar seni ukir hindu budha
Hasil
seni Ukir peninggalan Kerajaan Hindu
hasil seni ukir peninggalan kerajaan hindu
dengan kronologinya
1.
Prasasti
Klurak
Salah satu peninggalan Kerajaan
Syailendra adalah Prasasti
Klurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis
dengan bahasa Sansekerta dan huruf
Pra-Nagari. Mengenai pembuatan arca Manjusri. Gambar ini diambil pada
situs
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org
2.
Prasati
Kota Kapur
Salah satu peninggalan Kerajaan
Sriwijaya adalah Prasasti
Kota Kapur (berisi permohonan kepada dewa untuk menjaga Sriwijaya
dan menghukum para penghianat Sriwijaya).Gambar ini diambil pada situs
githa90.wordpress.com
githa90.wordpress.com
3.
Prasasti
Kutai
Prasasti Kutai di
Kalimantan Timur
Prasasti, berupa tujuh
buah yupa(tugu batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf
Pallawa, dan berbahasa Sansekerta.
Isinya, peringatan upacara kurban agama Hindu yang diperintahkan oleh
Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga. Gambar ini diambil pada
situs
puputrahadiani.wordpress.com
puputrahadiani.wordpress.com
Seni
Ukir Peninggalan Kerjaan Budha
1.
Seni
Ukir Talang Tuo
2.
Prasasti
Pangkal Pinang
3.
Prasasti
Karang Birahi
Gambar Peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia
Candi-candi
peninggalan agama Hindu
No.
|
Nama Candi
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Prambanan
|
Yogyakarta
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
2
|
Dieng
|
Dieng, Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Badut
|
Malang, Jawa Timur
|
Tahun 760 M
|
Kanjuruhan
|
4
|
Canggal
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Gedong Sanga
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
6
|
Penataran
|
Blitar, Jawa Timur
|
Abad ke-11 M
|
Kediri
|
7
|
Sawentar
|
Blitar Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
8
|
Candi Kidal
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
9
|
Singasari
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
10
|
Sukuh
|
Karang Anyar, Jateng
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Patung-patung peninggalan kerajaan Hindu
No.
|
Nama Patung
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Trimurti
|
–
|
–
|
–
|
2
|
Dwarapala
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Wisnu Cibuaya I
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
4
|
Wisnu Cibuaya II
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
5
|
Rajasari
|
Jakarta
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
6
|
Airlangga
|
Medang Kemulan
|
Abad ke-10 M
|
Medang Kemulan
|
7
|
Ken Dedes
|
Kediri, Jatim
|
Abad ke-12 M
|
Kediri
|
8
|
Kertanegara
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
9
|
Kertarajasa
|
Mojekerto, Jatim
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Candi-candi peniggalan agama Buddha
No.
|
Nama Candi
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Sewu
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
2
|
Plaosan
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Mendut
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
4
|
Borobudur
|
Jawa Tengah
|
Tahun 770-842 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Muara Takus
|
Sumatra Selatan
|
Abad ke-8 M
|
Sriwijaya
|
6
|
Jago
|
Malang, Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
7
|
Sari
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
8
|
Pawon
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
9
|
Tikus
|
Mojokerto, Jawa Timur
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
Patung atau arca peniggalan agama Buddha
No.
|
Nama Patung
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Patung Buddha
|
Sikendeng
|
Abad ke-2 M
|
–
|
2
|
Arca Bhumisparsa Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Arca Dhyana Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
4
|
Arca Abhaya Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Arca Vitarka Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
6
|
Dharmacakra Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
7
|
Arca Vara Mudra
|
Jawa Tengah
|
Abad ke-8 M
|
Mataram Lama
|
8
|
Arca Buddha
|
Palembang
|
Abad ke-8 M
|
Sriwijaya
|
Deskripsi Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia
Kerajaan Hindu Di Indonesia
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah Kerajaan Hindu tertua di
Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400-500 masehi. Letaknya di tepi
sungai mahakam Kalimantan Timur. Raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga.
Sedangkan raja Kutai yang terkenal bernama Mulawarma.Sebagai pemeluk Agama
Hindu yang taat, Raja Mulawarman menyembah Dewa Siwa. Diceritakan pula bahwa
dalam suatu upacara Raja Mulawarman menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana. Untuk memperingati upacara itu maka didirikan sebuah Yupa.Yupa adalah
tiang batu yang menceritakan Kerajaan Kutai. Dari beberapa prasasti yang
ditemukan dikatakan bahwa Raja mulawarman adalah seorang raja yang baik budi.
Pada masa pemerintahannya, rakyat hidup sejahtera dan makmur.Peniggalan
Kerajaan Kutai berupa prasasti atau batu bertulis. Prasasti itu ditulis dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Oleh karena itu, kerajaan kutai dikenal
dengan nama”Negri Tujuh Buah Yupa”.
.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu tertua di pulau jawa ialah
Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini berdiri pada tahun 450 masehi. Letaknya di
sekitar Bogor, Jawa Barat. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman. Beliau memeluk
Agama Hindu, menyembah Dewa Wisnu.
Mata
pencaharian penduduk Kerajaan Tarumanegara diantaranya adalah pertanian,
peternakan, perburuan, perikanan, nelayan, dan perniagaan. Pada masa
pemerintahan Purnawarman, Kerajaan tarumanegara berhasil membuat saluran air
untuk mengairi lahan – lahan pertanian dan untuk mencegah banjir yang bisa
menyerang lahan pertanian.
Peninggalan
Kerajaan Tarumanegara berupa 7 prasasti yang ditemukan di daerah Jawa Barat.
Pada umumnya prasasti itu ditulis dalam bahasa sanskerta dan mnenggunakan huruf
pallawa. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ialah Prasasti Ciaruteun,
Kebon Kopi , Tugu, Lebak, jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten.
. Kerajaan
Mataram
Kerajaan
Mataram mulai dikenal dari sebuah Prasasti yang ditemukan di desa Canggal (
sebelah barat Magelang ). Prasasti ini berangka tahun 732 masehi. Ditulis
dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Isi prasasti inimenceritakan tentang
didirikannya sebuah lingga (lambang Siwa) di atas di atas sebuah bukit di
daerah Kunjarakunja oleh Sanjaya. Daerah ini terletak di sebuah pulau
yang kaya dengan hasil bumi, terutama padi, dan disebut Yawadwipa.
Kerajaan
Mataram mula – mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna memerintah
dengan bijaksana. Setelah Raja Sanna wafat ia digantikan oleh Sanjaya.
Raja Sanjaya ahli dalam kitab – kitab suci dan keprajuritan. Pada masa
pemerintahan Sanjaya, Mataram memperluas wilayahnya dengan menaklukan beberapa
daerah sekitarnya seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Kerajaan ini
mempunai peninggalan yang bercorak hindu seperti candi yang dibangun oleh
wangsa sanjaya seperti candi prambanan, gedong sanga, candi dieng dn candi yng
lainnya, ini adalah kerajaan Mataram bercorak hindu lain lagi dengan kerajaan
mataram bercorak budha.
Kerajaan
mataram yang bercorak budha dipimpin oleh dinati syailendra dengan raja
pertamanya adalah raja Sailendra.
Pada akhir
abad ke-8 dinasti sanjaya mulai terdesak oleh dinasti syailendra, syailndra
mendesak kedudukan sanjaya pada masa pemerintahan raja wisnu.puncak kejayaan
dinasti syailendra ada pada masa pemerintahan raja Indra. Dalam desakan-desakan
yang dilakukan dinasti syailendra itu akhirnya berhasil dan tampuk kekuasaan
berpindah dari dinasti sanjaya kepada dinasti syailendra, namun bukan berarti
dinasti sanjaya hilang atau habis hanya sudah kurang dominan. Dinasti
syailendra mengalami kemunduran pada masa raja samaratungga, untuk
menyelamatkan kedudukannya Samaratungga mengadakan perkawinan politik antara
Pramodhawardhani dengan rakai pikatan. Perkawinan ini mendapatkan tantangan
keras dari Balaputra dewa yang mengakibatkan perang saudara, dan dimenangkan
Balaputradewa akhirnya kalah dia pun melarikan diri dan mendirikan kerajaan
yang besar di Surabaya yaitu Sriwijaya.
. Kerajaan
Kediri
Kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Timur
ialah Kerajaan Kediri. Letaknya di sekitar Kali Berantas, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur. Kerajaan Kediri mulai dikenal pada masa pemerintahan
Raja Kameswara tahun 1117.
Baginda
bergelar Sri Maharaja Sirikan Sri Kameswara. Raja Kameswara wafat pada tahun
1130, dan beliau digantikan oleh Jayabaya. Jayabaya adalah Raja Kediri
terbesar.
Ia juga
dikenal dengan ramalannya yang disebut Jangka Jayabaya. Ramalan Jayabaya itu
oleh sebagian orang diyakini memuat masa depan bangsa Indonesia.
Raja Kediri
terakhir ialah Kertajaya. Beliau memerintah sampai dengan tahun 1222.
Pda tahun 1222, Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok dari Desa Ganter, dekat
Malang. Kekalahan itu menandai berakhirnya Kerajaan Kediri di Jawa Timur .
e.
Kerajaan Singosari
Kerajaan
Sigosari terletak di sekitar Singosari, Jawa Timur. Luas wilayahnya meliputi
wilayah Malang sekarang. Kerajaan Singosari ini mempunyai hubungan erat dengan
munculnya Kerajaan Majapahit.
Kerajaan
Singosari pertama kali didirikan oleh Ken Arok tahun 1222. Beliau
memerintah dari tahun 1222 sampai dengan tahun 1227. Setelah Ken Arok
meninggal, beliau digantikan oleh Anusapati, yang memerintah dari tahun
1227 sampai 1248. Raja Singosari setelah Anusapati ialah Panji Tohjaya. Antara
tahun 1248 sampai 1268 Kerajaan Singosari diperintah oleh Ranggawuni. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Singosari mencapai keadaan yang aman dan tenteram.Dari
tahun 1268 sampai 1292 Singosari diperintah oleh seorang raja yang bernama Kertanegara.
Beliau adalah raja Singosari yang terkenal. Pada masa pemerintahannya,
Singosari mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaan Singosari hampir
mencapai seluruh nusantara. Pada masa pemerintahan Kertanegara, Raja Cina,
Kubilai Khan menuntut agar Singosari tunduk mengakui kekuasaan Cina. Kubilai
Khan mengirim utusan ke Singosari. Kertanegara menolak untuk tunduk kepada
Kubilai Khan. Utusan Kubilai Khan sempat dipermalukan oleh Kertanegara. Kubilai
Khan tersinggung. Ia memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Singosari.
Dalam rangka
membendung serbuan tentara Cina, Kertanegara bercita – cita mempersatukan
nusantara. Ia mengirim pasukan khusus ke Sumatera untuk mengakui Singosari.
Tetapi, sebelum ekspedisi (pengiriman) pasukan sepenuhnya berhasil, Kertanegara
tewas dalam serangan sengit Raja Jayakatwang. Tamatlah riwayat Kerajaan
Singosari. sebelum meninggal, Kertanegara berhasil menguasai Bali, Pahang ( di
Malaysia ), Kerajaan Melayu, Kalim antan Barat, dan Maluku.
Kerajaan Majapahit
Pada tahun
1292, Kerajaan Singosari diserang oleh raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri.
Akibat dari serangan itu Raja Singosari Kertanegara tewas. Raden Wijaya, seorang
keturunan penguasa Singosari bersama istrinya berhasil meloloskan diri. Ia
menyeberang ke Madura dan minta bantuan kepada Wiraraja. Atas bantuan
Wiraraja, Raden Wijaya dianjurkan kembali ke Kediri untuk pura – pura
mengabdikan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan Wiraraja, Jayakatwang
menerima pengabdian Raden Wijaya dan dihadiahi tanah di Hutan Tarik. Dengan
bantuan pengikutnya, Raden Wijaya membangun daerah tersebut. Ketika sedang
bekerja, salah seorang di antara mereka menemukan buah maja, kemudian
dimakannya. ternyata rasanya pahit. Sejak saat itu daerah itu disebut
Majapahit.
Sementara itu
tentara Cina sebanyak 20.000 orang yang dikirim oleh raja Kubilai Khan mendarat
di Tuban. Tujuan kedatangan tentara Cina, ialah menghukum Kertanegara dari
Singosari yang telah menghina utusan dari Kubilai Khan. Pada saat tentara cina
datang, raja Kertanegara telah lama meninggal dunia. Raja yang berkuasa ketika
itu ialah Jayakatwang.
Kedatangan
tentara Cina merupakan kesempatan yang baik bagi Raden Wijaya untuk membalas
dendam terhadap Jayakatwang. Raden Wijaya bergabung dengan tentara Cina.
Pertempuran sengit pun terjadi. Tentara Kediri dapat dikalahkan dan Jayakatwang
gugur dalam pertempuran itu.
Setelah
mengalahkan pasukan Jayakatwang, Raden Wijaya mengatur siasat untuk mengusir
tentara Cina. Raden Wijaya mengadakan pesta perayaan kemenangan secara besar –
besaran. Ketika tentara Cina sedang terlena dan mabuk – mabukan, Raden Wijaya
memerintahkan pasukannya untuk menyerang mereka. Mendapat serangan yang
mendadak, tentara Cina tidak berdaya. Banyak antara mereka yang tewas seketika.
Sebagian yang dapat menyelamatkan diri kembali ke negeri asalnya. Setelah
keadaan aman, pada tahun 1293, Raden Wijaya naik tahta menjadi raja Majapahit
pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
`
Raden Wijaya memerintah dengan tegas dan
bijaksana. Keadaan negara pada masa pemerintahannya menjadi tenang dan aman.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309, dengan meninggalkan 3 orang anak. Dua orang
perempuan dari Gayatri yaitu Bhre Kahuripan dan Bhre Daha, dan
satu anak laki – laki dari parameswari yaitu Jayanegara.
Kerajaan
Sriwijaya
Pengetahuan mengenai
sejarah Sriwijaya
baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis
karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M.
Sebenarnya, lima tahun sebelum itu, yaitu pada tahun 1913 M, Kern telah
menerbitkan Prasasti Kota Kapur, sebuah prasasti peninggalan Sriwijaya yang
ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern masih menganggap nama
Sriwijaya yang tercantum pada prasasti tersebut sebagai nama seorang raja,
karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
Pada tahun 1896 M, sarjana Jepang Takakusu menerjemahkan karya I-tsing, Nan-hai-chi-kuei-nai fa-ch‘uan ke dalam bahasa Inggris dengan judul A Record of the Budhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago. Namun, dalam buku tersebut tidak terdapat nama Sriwijaya, yang ada hanya Shih-li-fo-shih. Dari terjemahan prasasti Kota Kapur yang memuat nama Sriwijaya dan karya I-Tsing yang memuat nama Shih-li-fo-shih, Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan.
Pada tahun 1896 M, sarjana Jepang Takakusu menerjemahkan karya I-tsing, Nan-hai-chi-kuei-nai fa-ch‘uan ke dalam bahasa Inggris dengan judul A Record of the Budhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago. Namun, dalam buku tersebut tidak terdapat nama Sriwijaya, yang ada hanya Shih-li-fo-shih. Dari terjemahan prasasti Kota Kapur yang memuat nama Sriwijaya dan karya I-Tsing yang memuat nama Shih-li-fo-shih, Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan.
Lebih lanjut,
Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan
bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay
Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa,
San-fo-ts‘I adalah Palembang. Sumber lain, yaitu Beal mengemukakan pendapatnya
pada tahun 1886 bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatu daerah yang terletak di
tepi Sungai Musi, dekat kota Palembang sekarang. Dari pendapat ini, kemudian
muncul suatu kecenderungan di kalangan sejarawan untuk menganggap Palembang
sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.
Sumber lain
yang mendukung keberadaan Palembang sebagai pusat kerajaan adalah prasasti Telaga
Batu. Prasasti ini berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada
tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut
kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini
digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon
pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke
batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara
persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan.
Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M, maka diduga kuat
Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.
Petunjuk lain
yang menyatakan bahwa Palembang merupakan pusat kerajaan juga diperoleh dari
hasil temuan barang-barang keramik dan tembikar di situs Talang Kikim, Tanjung
Rawa, Bukit Siguntang dan Kambang Unglen, semuanya di daerah Palembang. Keramik
dan tembikar tersebut merupakan alat yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Temuan ini menunjukkan bahwa, pada masa dulu, di Palembang
terdapat pemukiman kuno. Dugaan ini semakin kuat dengan hasil interpretasi foto
udara di daerah sebelah barat Kota Palembang, yang menggambarkan bentuk-bentuk
kolam dan kanal. Kolam dan kanal-kanal yang bentuknya teratur itu kemungkinan besar
buatan manusia,
bukan hasil dari proses alami. Dari hasil temuan keramik dan kanal-kanal ini,
maka dugaan para arkeolog bahwa Palembang merupakan pusat kerajaan semakin
kuat.
Sebagai pusat
kerajaan, kondisi Palembang ketika itu bersifat mendesa (rural), tidak seperti
pusat-pusat kerajaan lain yang ditemukan di wilayah Asia Tenggara daratan,
seperti di Thailand, Kamboja, dan Myanmar. Bahan utama yang dipakai untuk
membuat bangunan di pusat kota Sriwijaya adalah kayu atau bambu yang mudah
didapatkan di sekitarnya. Oleh karena bahan itu mudah rusak termakan zaman,
maka tidak ada sisa bangunan yang dapat ditemukan lagi. Kalaupun ada, sisa
pemukiman dengan konstruksi kayu tersebut hanya dapat ditemukan di daerah rawa
atau tepian sungai yang terendam air, bukan di pusat kota, seperti di situs
Ujung Plancu, Kabupaten Batanghari, Jambi. Memang ada bangunan yang dibuat dari
bahan bata atau batu, tapi hanya bangunan sakral (keagamaan), seperti yang
ditemukan di Palembang, di situs Gedingsuro, Candi Angsoka, dan Bukit
Siguntang, yang terbuat dari bata. Sayang sekali, sisa bangunan yang ditemukan
tersebut hanya bagian pondasinya saja.
Seiring
perkembangan, semakin banyak ditemukan data sejarah berkenaan dengan Sriwijaya.
Selain prasasti Kota Kapur, juga ditemukan prasasti Karang Berahi (ditemukan
tahun 1904 M), Telaga Batu (ditemukan tahun 1918 M), Kedukan Bukit (ditemukan
tahun 1920 M) Talang Tuo (ditemukan tahun 1920 M) dan Boom Baru. Di antara prasasti
di atas, prasasti Kota Kapur merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M,
menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minanga dengan
perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213
tentara yang berjalan kaki. Perjalanan ini berakhir di mukha-p. Di tempat
tersebut, Dapunta Hyang kemudian mendirikan wanua (perkampungan) yang diberi
nama Sriwijaya.
Dalam prasasti
Talang Tuo yang bertarikh 684 M, disebutkan mengenai pembangunan taman oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk semua makhluk, yang diberi nama Sriksetra.
Dalam taman tersebut, terdapat pohon-pohon yang buahnya dapat dimakan.
Data tersebut semakin lengkap dengan adanya berita Cina dan Arab. Sumber Cina yang paling sering dikutip adalah catatan I-tsing.
Data tersebut semakin lengkap dengan adanya berita Cina dan Arab. Sumber Cina yang paling sering dikutip adalah catatan I-tsing.
Ia merupakan
seorang peziarah Budha dari China yang telah mengunjungi Sriwijaya beberapa
kali dan sempat bermukim beberapa lama. Kunjungan I-sting pertama adalah tahun
671 M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat itu terdapat lebih dari seribu
orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha
tersebut sama dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha
di India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa
Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama
belajar di Nalanda, I-tsing kembali ke Sriwijaya pada tahun 685 dan tinggal
selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa
Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan
Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M.
Dalam sumber
lain, yaitu catatan Arab, Sriwijaya disebut Sribuza. Mas‘udi, seorang sejarawan
Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan
itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang
sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh,
kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
Dari catatan
asing tersebut, bisa diketahui bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar pada
masanya, dengan wilayah dan relasi dagang yang luas sampai ke Madagaskar.
Sejumlah bukti lain berupa arca, stupika, maupun prasasti lainnya semakin
menegaskan bahwa, pada masanya Sriwijaya adalah kerajaan yang mempunyai
komunikasi yang baik dengan para saudagar dan pendeta di Cina, India dan Arab.
Hal ini hanya mungkin bisa dilakukan oleh sebuah kerajaan yang besar,
berpengaruh, dan diperhitungkan di kawasannya.
Pada abad
ke-11 M, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 1006 M, Sriwijaya
diserang oleh Dharmawangsa dari Jawa Timur. Serangan ini berhasil dipukul
mundur, bahkan Sriwijaya mampu melakukan serangan balasan dan berhasil
menghancurkan kerajaan Dharmawangsa. Pada tahun 1025 M, Sriwijaya mendapat
serangan yang melumpuhkan dari kerajaan Cola, India. Walaupun demikian,
serangan tersebut belum mampu melenyapkan Sriwijaya dari muka bumi. Hingga awal
abad ke-13 M, Sriwijaya masih tetap berdiri, walaupun kekuatan dan pengaruhnya
sudah sangat jauh berkurang.
Setelah Raden Wijaya meninggal, ia digantikan
oleh puteranya bernama Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara,
keadaan dalam negeri Majapahit mengalami kekacauan. Sering terjadi
pemberontakan – pemberontakan. Seperti pemberontakan Ranggalawe (1309),
pemberontakan Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), dan pemberontakan Kuti
(1319).
Kerajaan Budha Di Indonesia
1.Kerajaan
Kalinga
Kerajaan Kalinggan berdiri sekitar abad 6 Masehi di jawa Tengah. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Shima. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kalingga, antara lain Prasastin Tuk Mas yang ditemukan di desa Dakawu di Lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertaman Sri Jayanegara dan berpusat di Palembang, Sumatera Selatan ( Muara Sungai Musi). Sriwijaya mengalami zaman kekemasan pada saat diperintah oleh Raja Balaputradewa, putra dari Samaratungga dari Jawa pada abad ke-9. Wilayah Sriwijaya meliputi hampir seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Semenanjung Melayu. Oleh karena itu, Sriwijaya disebut juga Kerajaan Nusantara pertama.
3. Kerajaan Mataram Budha
Kerajaan Kalinggan berdiri sekitar abad 6 Masehi di jawa Tengah. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Shima. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kalingga, antara lain Prasastin Tuk Mas yang ditemukan di desa Dakawu di Lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertaman Sri Jayanegara dan berpusat di Palembang, Sumatera Selatan ( Muara Sungai Musi). Sriwijaya mengalami zaman kekemasan pada saat diperintah oleh Raja Balaputradewa, putra dari Samaratungga dari Jawa pada abad ke-9. Wilayah Sriwijaya meliputi hampir seluruh Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Semenanjung Melayu. Oleh karena itu, Sriwijaya disebut juga Kerajaan Nusantara pertama.
3. Kerajaan Mataram Budha
Kerajaan Mataram Budha pada walanya merupakan kerajaan Hindu. Namus sejak
Dinasti Syailendra memerintah, Mataram berubah menjadi kerajaan Budha.
Langganan:
Postingan (Atom)