Resume: HIndu Dharma dan Buddha Dharma tentang
penciptaan alam dan manusia topik 4 dan 5
Kelompompok 2:
1. Siti
Kusniyatus Sayidah
2. Abdul Rosid
3. Muhammad
Najibuddin
Ajaran Hindu Dharma Tentang Manusia dan Alam
a.
Penciptaan manusia
Proses penciptaan
manusia adalah sari-sari dari Panca Maha Bhuta dan Sad Rasa yaitu zat dengan
enam jenis rasa, manis, pahit, asin, asam, pedas, sepat. Unsur-unsur ini
terpadu dengan unsur-unsur lain yaitu Cita. Budi. Ahangkara. Dasendria. Panca
Tanmatra dan Panca Maha Bhuta. Perpaduan semua unsur-unsur ini menghasilkan dua
unsur benih kehidupan yaitu Sukla (benih laki-laki) dan Swanita
(benih perempuan). Pertemuan antara dua benih kehidupan ini sama dengan
pertemuan Purusa dengan Pradana. dengan ini terciptalah manusia.
Maka di dalam diri manusia semua unsur alam itu ada. Manusia pertama ciptaan Sanghyang Widhi dalam ajaran agama Hindu disebut Syayambhumanu.
Syayambhumanu artinya makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri, itulah
manusia pertama. Manu artinya berpikir. Dari kata Manu timbul kata manusia yang
artinya keturunan Manu. Selanjutnya setelah tercipta manusia pertama atas
kekuasaan Sanghyang Widhi Wasa, maka manusia itu sendiri yang berkembang.
Cita, Bhudi dan
Ahangkara membentuk watak budi seseorang . dasendria membentuk indrianya.
Pancatanmatra dan pancamahabhuta membentuk badan manusia/mahluk. Jika
pancamahabhuta di alam besar (Macrocosmos) antara lain membentu Triloka, yakni:
1). Bhur-loka/alam dunia bumi, 2). Bhuwah-loka/alam dunia angkasa udara dan 3).
Swah-loka/ alam sorga, maka di alam kecil (microcosmos) atau tubuh
manusia/mahluk terbentuklah tiga lapis badan (Trisarira), yakni: 1) Badan
kasar (Sthula Sarira), 2) Badan Halus (Sukma-Sarira), dan 3) Badan penyebab
(Karana Sarira). Kedua alam tersebut yakni alam-semesta (Bhuwana
agung/Macrocosmos) dan alam badan mahluk (Bhuwana Alit/Microcosmos) mempunyai
sifat-sifat keadaan yang bersamaan.
a.
Segala yang kental, padat dan keras pada alam maupun badan mahluk disebabkan
oleh zat padat (Prthiwi).
b.
Segala sesuatu yang besifat cair di alam dunia maupun di alam mahluk disebabkan
oleh unsur zat cair (Apah).
c.
Segala sesuatu yang bercahaya panas, baik di Bhuwana Agung maupun di Bhuwana
Alit disebabkan oleh unsur cahaya panas/api (Teja).
d.
Yang bersifat angin, hawa dan gas pada alam dunia serta nafas pada badan
mahluk/manusia disebabkan oleh unsur gas (Bayu).
e.
Adapun unsur kekosongan/kehampaan (Vacuum) yang ada pada alam dunia dan badan
mahluk/manusia disebabakan oleh unsur ether (Akasa).
b.
Penciptaan Alam
Alam semesta diciptakan
dalam suatu proses evolusi yang panjang. Pada mulanya alam ini kosong, yang ada
hanya Tuhan, sering disebut jaman "duk tan hana paran- paran anrawang
anruwung" artinya ketika itu belum ada apa-apa dan semuanya belum
menentu.
Alam ini dipandang oleh
Hinduisme sebagai diciptakan oleh dewa Brahma berkali-kali, setelah
berkali-kali mengalami kehancuran akibat kekuatan penghancur dari Siwa
Mahakala. Dalam tiap-tiap penciptaan terdapat zaman-zaman yang mengandung 4
tingkatan (periode), yaitu:
1.
Kreta Yoga, adalah zaman terdapatnya kebahagiaan abadi.
2.
Dvapara Yoga, adalah zaman mulai timbulnya dosa/noda-noda.
3.
Treta Yoga, adalah zaman yang penuh sengsara dan merajalelanya dosa-dosa.
4.
Kali Yoga, adalah zaman yang penuh dengan kejahatan yang banyak menimpa umat
manusia.
Akhirnya sebagai
periode penutup, maka timbullah masa Pralaya yaitu kehancuran total dari
pada alam. Tetapi sesudah itu dewa Brahma menciptakan lagi dunia baru yang
dimulai pada Malam Brahma yang digambarkan sebagai malam gelap gulita
Menurut pendapat Harun Hadiwijino dalam bukunya, dijelaskan bahwa
penciptaan alam semesta (bhuwana agung) terjadi dengan bertapa. Kemudian
sang Hyang Widi memancarkan kemahakuasaannya, artinya: tenaga pikiran yang
mengeram di dalam sang Hyang Widi dipusatkan sedemikian rupa hingga menimbulkan
panas yang memancar. Pancaran panas ini menyebabkan adanya Brahmanda (telur
Brahma atau telur sang Hyang Widi). Yang di sebut telur Brahma adalah
planet-planet yang bentuknya bulat seperti telur.
Dengan kemahakuasaan-Nya, kemudian Sanghyang Widhi Wasa menciptakan dua
kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (rohaniah) dan Prakerti
(pradana) yaitu kekuatan kebendaan. Dari dua kekuatan ini kemudian timbul
"cita" yaitu alam pikiran yang sudah mulai dipengaruhi oleh Tri
Guna yaitu Satwam, Rajah dan Tamah. Satwam adalah sifat-sifat dharma
(kebenaran), Rajah adalah sifat-sifat dinamis kenafsuan, sedangkan Tamah
adalah, sifat-sifat adharma, kebodohan dan apatis. Kemudian timbul Budi
yaitu naluri pengenal, setelah itu timbul Manah yang merupakan akal dan
perasaan, selanjutnya timbul Ahangkara yaitu rasa keakuan. Setelah ini
timbul Dasa indria yaitu sepuluh sumber indria (gerak keinginan) yang
terbagi dalam kelompok Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan.
Lima gerak keinginan atau Panca Budhi Indria
terdiri atas:
1). Rangsang pendengar
(Srota Indria)
2). Rangsang perasa
(Twak Indria)
3). Rangsang pelihat
(Caksu Indria)
4). Rangsang
pencium/pengecap (Jihwa indria)
5). Rangsang pencium
(Ghrana Indria)
Lima gerak perbuatan atau Panca Karma Indria
terdiri atas:
1). Penggerak mulut
(Wak Indria)
2). Penggerak tangan
(Pani Indria)
3). Penggerak kaki
(Pada Indria)
4). Penggerak pelepasan
(Payu Indria)
5). Penggerak kemaluan
(Upastha Indria)
Selanjutnya dari
Indria-indria tersebut timbullah lima benih dari zat alam (Panca Tanmatra) yang
terdiri atas:
1). Benih suara (Sabda
Tanmatra)
2). Benih rasa sentuhan
(Sparsa Tanmatra)
3). Benih penglihatan
(Rupa Tanmatra)
4). Benih rasa (Rasa
Tanmatra)
5). Benih penciuman
(Gandha Tanmatra)
Dari Panca Tanmatra
yang hanya merupakan benih zat alam terjadilah unsur-unsur benda materi yang
nyata (Maha Bhuta) yang dinamai Panca Maha Bhuta (lima unsur zat alam).
Panca Maha Bhuta
terdiri atas:
1). Ether (akasa)
2). Gas/api (Bayu)
3). Sinar cahaya (Teja)
4). Zat cair (Apah)
5). Zat padat (Prhtiwi)
Dari kelima unsur zat
alam ini terbentuk paramanu yaitu atom-atom kelima zat padat ini mengalami
proses perpaduan lebih lanjut sehingga terwujud benda-benda alam yang disebut Brahma
anda (Brahmanda) yaitu planet-planet dan bintang- bintang sebagai
bagian isi alam semesta.
Brahmanda artinya benda
bulat berbentuk telur ciptaan Brahman. Semuanya terdiri dari tujuh Loka yang
disebut Sapta Loka yaitu :
1) Bhur Loka
2) Bhuwah Loka
3) Swah Loka
4) Tapa Loka
5) Jana Loka
6) Maha Loka
7) Satya Loka.
Pada setiap Loka terdapat perbedaan kandungan unsur dari masing-masing
Panca Maha Bhuta.
C. Hubungan Manusia dan
Alam
Hubungan
manusia dengan alam, hal ini mengharuskan manusia untuk bisa memahami makna
mendekatkan diri dengan alam, karena manusia tidak bisa hidup tanpa alam, yaitu
makna relasi yang saling menguntungkan dan saling menjaga satu sama lain.
Kemudian sebelum menciptakan
manusia, Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan mulai dari yang paling halus menuju
yang paling kasar, yaitu menciptakan Dewa-dewa (malaikat), Gandharwa, Pisaca,
Raksasa, Yakosa dan sejenisnya, kemudian baru mahluk-mahkluk berbadan kasar
seperti manusia dan binatang. Manusia pertama disebut MANU, atau Swayambhu yang
artinya: Mahluk berfikir yang menjadikan dirinya sendiri. Dari kata Manu
sekarang ini berkembang menjadi kata manusya (MANUSIA) yang berarti: keturunan
manu.
Manusia adalah bagian dari Alam samesta, demikian pula
asal mula manusia dan alam samesta pada hakekatnya adalah sama, yaitu berawal
dari pertemuan Purusa dan Prakerti. Setelah terciptanya Panca Mahabutha yaitu:
unsur ruang, unsur Hawa/udara, unsur Api/Panas, unsure Air/bersifat Cair, dan
unsur padat/keras, maka sari-sari dari panca mahabutha ini menjadi Sad Rasa
yaitu: Enam Jenis Rasa: Manis, Pahit, Asam, Asin, Pedas dan Sepat. Dalam proses
penciptaan setelah munculnya Ahamkara (unsure dasar rasa) maka muncullah Dasa
Indriya yang dibagi menjadi dua yaitu: Panca Budhi Indria dan Panca Karma
Indria.
Ajaran Buddha Dharma Tentang Manusia dan Alam
a. Penciptaan Manusia
Manusia, menurut ajaran Buddha adalah kumpulan dari
kelompok energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang
disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu:
1.
Rupakhandha (kegemaran akan wujud
atau bentuk), adalah semua yang terdapat dalam makhluk yang masih berbentuk
(unsur dasar) yang dapat diserap dan dibayangkan oleh indra. Yang termasuk Rupakhandha
adalah hal-hal yang berhubungan dengan lima indra dengan obyek seperti
bentuk yang terlihat, terdengar, terasa, tercium ataupun tersentuh.
2.
Vedanakhandha (kegemaran akan perasaan), adalah semua perasaan yang timbul karena adanya
hubungan lima indra manusia dengan dunia luar. Baik perasaan senang, susah
ataupun netral.
3.
Sannakhandha, adalah kegemaran akan
penyerapan yang menyangkut itensitas indra dalam menanggapi rangsangan dari
luar yang menyangkut enam macam penyerapan indrawi seperti bentuk-bentuk suara,
bau-bauan, cita rasa, sentuhan jasmaniah dan pikiran.
4.
Shankharakhandha adalah kegemaran
bentuk-bentuk pikiran. Bentuk-bentuk pikiran disini ada 50 macam, seperti lobha
(keserakahan), chanda (keinginan), sadha (keyakinan), viriya (kemauan
keras) dan sebagainya.
5.
Vinnanakhandha (kegemaran akan kesadaran)
adalah kegemaran terhadap reaksi atau jawaban yang beradasarkan pada salah satu
dari keenam indra dengan obyek dari indra yang bersangkutan. Kesadaran mata
misalnya, mempunyai mata sebagai dasar dan sasaran benda-benda yang dapat
dilihat. Kesadaran tersebut mengarah pada yang buruk, yang baik atau netral
Kelima Kandha tersebut
sering diringkas menjadi dua yaitu nama dan rupa.
Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan, yang
dapat digolongkan sebagai unsur-unsur rohaniah. Rupa adalah badan jasmaniah
yang terdiri dari empat unsur materi, yaitu unsur tanah, air, api dan udara. Manusia dianggap
merupakan kumpulan dari lima Kandha tanpa adanya roh atau atma di dalamnya.
Anatma merupakan ajaran
yang mengatakan bahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Bila roh yang
dianggap sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi
suatu perkembangan ataupun kemunduran
Anatma dapat
diterangkan dalam 3 tingkatan, yaitu:
1.
Tidak terlalu mementingkan diri
2.
Kita tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja,
3.
Bila tingkatan pengetahiuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekkan
akan pengetahuan dan menemukan bahwa jasmani dan batinnya sendiri adalah tanpa
aku.
Manusia selalu berada
dalam dukkha karena hidup menurut ajaran Budha selalu dalam keadaan dukkha,
sebagaimana diajarkan dalam Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Ada
3 macam dukkha, yaitu:
1.
Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
2.
Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
3.
Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukkha)
Nirwana merupakan
tujuan akhir dari semua pemeluk Buddha, baik sewaktu masih hidup maupun sesudah
mati, yang dapat dicapai oleh setiap orang dengan jalan memahami delapan jalan
mulia atau Hasta Arya Marga.
b. Penciptaan Alam
Terbentuknya alam
semesta menurut ajaran Buddha berawal dari cahaya. Namun karena ketamakan diri
manusia, membuat alam semesta dan bumi ini terbentuk seperti sekarang ini. Hal
ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan
menghabiskan waktu berabad-abad lamanya. Dalam prosesnya, alam semesta hanya
terbentang ini tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Ada tiga susunan alam
semesta, yaitu:
1. Alam hawa nafsu (kamavacara), alam ini terdiri dari
bahan-bahan kasar dan unsur-unsur bumi (api, air dan udara) yang didiami oleh
makhluk-makhluk berbadan kasar (jasmani).
2. Alam bentuk (rupavacara), alam ini didiami oleh dewa-dewa yang
masih memiliki badan yang lebih halus, tetapi tidak memiliki hawa nafsu.
3. Alam yang tidak ada bentuk (arupavacara), pada alam ini
didiami oleh dewa-dewa yang tidak berbadan, artinya masuk kea lam ini setelah
pengheningan cipta (nibana).
Kisah kejadian alam
semesta dan manusia diuraikan oleh Buddha dalam Dighya Nikaya, Agganna
Sutta, dan Bahmajala Sutta. Dalam Agganna Sutta diterangkan
bahwa sebelum terbentuknya dunia baru yang ditempati manusia, dunia yang lama
mengalami kehancuran (kiamat). Setelah melewati satu masa yang lama sekali,
maka terbentuklah dunia yang baru. Dan seiring dengan itu, lahir pula
makhluk-makhluk yang mati di alam cahaya (ambhasara). Mereka lahir
secara spontan sebagai makhluk di bumi yang baru terbentuk itu. Makhluk
tersebut hidup dari ciptaan batin (manomaya), memiliki tubuh yang
bercahaya dan melayang-layang. Pada saat itu belum ada laki-laki dan perempuan,
mereka hanya dikenal sebagai makhluk saja.
C. Hubungan Manusia dan
Alam
Interaksi manusia dengan alam juga telah terjadi sejak dahulu kala. Manusia
telah memanfaatkan alam, untuk membuat alat berburu, atau dimulainya era
bercocok tanam setelah nenek moyang manusia hidup menetap. Selain itu manusia
membutuhkan makanan, air, udara yang bersih yang kesemuanya adalah bagian dari
lingkungan tempat manusia hidup.
Terlihat dengan jelas bahwa sejak dahulu manusia telah berinteraksi dengan
alam dan hewan untuk hidup. Sampai pada akhirnya—saat ini— interaksi tersebut
malah merusak hewan dan alam. Banyak spesies hewan yang telah punah,
pencemaran air, udara, dan tanah, perusakan lingkungan hidup dan hutan.
Padahal manusia hidup di alam dan membutuhkan alam untuk hidup, namun karena
ketamakan manusia alam menjadi hancur. Bahkan bukan hanya alam, hewan pun tidak
terlepas dari jerat keserakahan manusia. Perburuan liar terjadi di mana-mana
hanya demi kepuasan materi. Alam yang semakin hancur, telah berdampak negatif
terhadap hewan. Banyak hewan mati dan akhirnya punah karena lingkungan hidup
mereka dirusak oleh manusia. Lebih menyedihkan lagi, manusia masih belum sadar
ataupun tidak segera bertindak walaupun manusia telah mengetahui bahwa
kehancuran lingkungan akan menyebabkan kehancuran pada dirinya. Hutan yang
semakin sempit, polusi udara yang disebabkan kendaraan bermotor atau industri,
membuat udara menjadi terkotori dan semakin sulit dibersihkan, hingga akibatnya
terjadi pemanasan global yang pada giliran selanjutnya malah akan merugikan
manusia sendiri. Jadi perbuatan manusia terhadap hewan atau alam sebagai
lingkungan hidup akan mengakibatkan dampak yang akhirnya akan berbalik
menghantam manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar