Kamis, 16 April 2015

Resume kelompok 2 materi ke 4 dan 5



Resume: HIndu Dharma dan Buddha Dharma tentang penciptaan alam dan manusia topik 4 dan 5
Kelompompok 2:
1.     Siti Kusniyatus Sayidah
2.     Abdul Rosid
3.     Muhammad Najibuddin
       
Ajaran Hindu Dharma Tentang Manusia dan Alam
a.      Penciptaan manusia
Proses penciptaan manusia adalah sari-sari dari Panca Maha Bhuta dan Sad Rasa yaitu zat dengan enam jenis rasa, manis, pahit, asin, asam, pedas, sepat. Unsur-unsur ini terpadu dengan unsur-unsur lain yaitu Cita. Budi. Ahangkara. Dasendria. Panca Tanmatra dan Panca Maha Bhuta. Perpaduan semua unsur-unsur ini menghasilkan dua unsur benih kehidupan yaitu Sukla (benih laki-laki) dan Swanita (benih perempuan). Pertemuan antara dua benih kehidupan ini sama dengan pertemuan Purusa dengan Pradana. dengan ini terciptalah manusia. Maka di dalam diri manusia semua unsur alam itu ada. Manusia pertama ciptaan Sanghyang Widhi dalam ajaran agama Hindu disebut Syayambhumanu. Syayambhumanu artinya makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri, itulah manusia pertama. Manu artinya berpikir. Dari kata Manu timbul kata manusia yang artinya keturunan Manu. Selanjutnya setelah tercipta manusia pertama atas kekuasaan Sanghyang Widhi Wasa, maka manusia itu sendiri yang berkembang.
Cita, Bhudi dan Ahangkara membentuk watak budi seseorang . dasendria membentuk indrianya. Pancatanmatra dan pancamahabhuta membentuk badan manusia/mahluk. Jika pancamahabhuta di alam besar (Macrocosmos) antara lain membentu Triloka, yakni: 1). Bhur-loka/alam dunia bumi, 2). Bhuwah-loka/alam dunia angkasa udara dan 3). Swah-loka/ alam sorga, maka di alam kecil (microcosmos) atau tubuh manusia/mahluk  terbentuklah tiga lapis badan (Trisarira), yakni: 1) Badan kasar (Sthula Sarira), 2) Badan Halus (Sukma-Sarira), dan 3) Badan penyebab (Karana Sarira). Kedua alam tersebut yakni alam-semesta (Bhuwana agung/Macrocosmos) dan alam badan mahluk (Bhuwana Alit/Microcosmos) mempunyai sifat-sifat keadaan yang bersamaan.
a.       Segala yang kental, padat dan keras pada alam maupun badan mahluk disebabkan oleh zat padat (Prthiwi).
b.      Segala sesuatu yang besifat cair di alam dunia maupun di alam mahluk disebabkan oleh unsur zat cair (Apah).
c.       Segala sesuatu yang bercahaya panas, baik di Bhuwana Agung maupun di Bhuwana Alit disebabkan oleh unsur cahaya panas/api (Teja).
d.      Yang bersifat angin, hawa dan gas pada alam dunia serta nafas pada badan mahluk/manusia disebabkan oleh unsur gas (Bayu).
e.       Adapun unsur kekosongan/kehampaan (Vacuum) yang ada pada alam dunia dan badan mahluk/manusia disebabakan oleh unsur ether (Akasa).

b.      Penciptaan Alam
Alam semesta diciptakan dalam suatu proses evolusi yang panjang. Pada mulanya alam ini kosong, yang ada hanya Tuhan, sering disebut jaman "duk tan hana paran- paran anrawang anruwung" artinya ketika itu belum ada apa-apa dan semuanya belum menentu.
Alam ini dipandang oleh Hinduisme sebagai diciptakan oleh dewa Brahma berkali-kali, setelah berkali-kali mengalami kehancuran akibat kekuatan penghancur dari Siwa Mahakala. Dalam tiap-tiap penciptaan terdapat zaman-zaman yang mengandung 4 tingkatan (periode), yaitu:
1.      Kreta Yoga, adalah zaman terdapatnya kebahagiaan abadi.
2.      Dvapara Yoga, adalah zaman mulai timbulnya dosa/noda-noda.
3.      Treta Yoga, adalah zaman yang penuh sengsara dan merajalelanya dosa-dosa.
4.      Kali Yoga, adalah zaman yang penuh dengan kejahatan yang banyak menimpa umat manusia.
Akhirnya sebagai periode penutup, maka timbullah masa Pralaya yaitu kehancuran total dari pada alam. Tetapi sesudah itu dewa Brahma menciptakan lagi dunia baru yang dimulai pada Malam Brahma yang digambarkan sebagai malam gelap gulita
            Menurut pendapat Harun Hadiwijino dalam bukunya, dijelaskan bahwa penciptaan alam semesta (bhuwana agung) terjadi dengan bertapa. Kemudian  sang Hyang Widi memancarkan kemahakuasaannya, artinya: tenaga pikiran yang mengeram di dalam sang Hyang Widi dipusatkan sedemikian rupa hingga menimbulkan panas yang memancar. Pancaran panas ini menyebabkan adanya Brahmanda (telur Brahma atau telur sang Hyang Widi). Yang di sebut telur Brahma adalah planet-planet yang bentuknya bulat seperti telur.
            Dengan kemahakuasaan-Nya, kemudian Sanghyang Widhi Wasa menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (rohaniah) dan Prakerti (pradana) yaitu kekuatan kebendaan. Dari dua kekuatan ini kemudian timbul "cita" yaitu alam pikiran yang sudah mulai dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam, Rajah dan Tamah. Satwam adalah sifat-sifat dharma (kebenaran), Rajah adalah sifat-sifat dinamis kenafsuan, sedangkan Tamah adalah, sifat-sifat adharma, kebodohan dan apatis. Kemudian timbul Budi yaitu naluri pengenal, setelah itu timbul Manah yang merupakan akal dan perasaan, selanjutnya timbul Ahangkara yaitu rasa keakuan. Setelah ini timbul Dasa indria yaitu sepuluh sumber indria (gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan.
Lima gerak keinginan atau Panca Budhi Indria terdiri atas:
1). Rangsang pendengar (Srota Indria)
2). Rangsang perasa (Twak Indria)
3). Rangsang pelihat (Caksu Indria)
4). Rangsang pencium/pengecap (Jihwa indria)
5). Rangsang pencium (Ghrana Indria)
Lima gerak perbuatan atau Panca Karma Indria terdiri atas:
1). Penggerak mulut (Wak Indria)
2). Penggerak tangan (Pani Indria)
3). Penggerak kaki (Pada Indria)
4). Penggerak pelepasan (Payu Indria)
5). Penggerak kemaluan (Upastha Indria)
Selanjutnya dari Indria-indria tersebut timbullah lima benih dari zat alam (Panca Tanmatra) yang terdiri atas:
1). Benih suara (Sabda Tanmatra)
2). Benih rasa sentuhan (Sparsa Tanmatra)
3). Benih penglihatan (Rupa Tanmatra)
4). Benih rasa (Rasa Tanmatra)
5). Benih penciuman (Gandha Tanmatra)
Dari Panca Tanmatra yang hanya merupakan benih zat alam terjadilah unsur-unsur benda materi yang nyata (Maha Bhuta) yang dinamai Panca Maha Bhuta (lima unsur zat alam).
Panca Maha Bhuta terdiri atas:
1). Ether (akasa)
2). Gas/api (Bayu)
3). Sinar cahaya (Teja)
4). Zat cair (Apah)
5). Zat padat (Prhtiwi)
Dari kelima unsur zat alam ini terbentuk paramanu yaitu atom-atom kelima zat padat ini mengalami proses perpaduan lebih lanjut sehingga terwujud benda-benda alam yang disebut Brahma anda (Brahmanda) yaitu planet-planet dan bintang- bintang sebagai bagian isi alam semesta.
Brahmanda artinya benda bulat berbentuk telur ciptaan Brahman. Semuanya terdiri dari tujuh Loka yang disebut Sapta Loka yaitu :
1)       Bhur Loka
2)       Bhuwah Loka
3)       Swah Loka
4)       Tapa Loka
5)       Jana Loka
6)       Maha Loka
7)       Satya Loka.
Pada setiap Loka terdapat perbedaan kandungan unsur dari masing-masing Panca Maha Bhuta.
C. Hubungan Manusia dan Alam
                  Hubungan manusia dengan alam, hal ini mengharuskan manusia untuk bisa memahami makna mendekatkan diri dengan alam, karena manusia tidak bisa hidup tanpa alam, yaitu makna relasi yang saling menguntungkan dan saling menjaga satu sama lain.
Kemudian sebelum menciptakan manusia, Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan mulai dari yang paling halus menuju yang paling kasar, yaitu menciptakan Dewa-dewa (malaikat), Gandharwa, Pisaca, Raksasa, Yakosa dan sejenisnya, kemudian baru mahluk-mahkluk berbadan kasar seperti manusia dan binatang. Manusia pertama disebut MANU, atau Swayambhu yang artinya: Mahluk berfikir yang menjadikan dirinya sendiri. Dari kata Manu sekarang ini berkembang menjadi kata manusya (MANUSIA) yang berarti: keturunan manu.
Manusia adalah bagian dari Alam samesta, demikian pula asal mula manusia dan alam samesta pada hakekatnya adalah sama, yaitu berawal dari pertemuan Purusa dan Prakerti. Setelah terciptanya Panca Mahabutha yaitu: unsur ruang, unsur Hawa/udara, unsur Api/Panas, unsure Air/bersifat Cair, dan unsur padat/keras, maka sari-sari dari panca mahabutha ini menjadi Sad Rasa yaitu: Enam Jenis Rasa: Manis, Pahit, Asam, Asin, Pedas dan Sepat. Dalam proses penciptaan setelah munculnya Ahamkara (unsure dasar rasa) maka muncullah Dasa Indriya yang dibagi menjadi dua yaitu: Panca Budhi Indria dan Panca Karma Indria.









                     
                             Ajaran Buddha Dharma Tentang Manusia dan Alam
a. Penciptaan Manusia
Manusia, menurut ajaran Buddha adalah kumpulan dari kelompok energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu:
1.      Rupakhandha (kegemaran akan wujud atau bentuk), adalah semua yang terdapat dalam makhluk yang masih berbentuk (unsur dasar) yang dapat diserap dan dibayangkan oleh indra. Yang termasuk Rupakhandha adalah hal-hal yang berhubungan dengan lima indra dengan obyek seperti bentuk yang terlihat, terdengar, terasa, tercium ataupun tersentuh.
2.      Vedanakhandha (kegemaran akan perasaan), adalah semua perasaan yang timbul karena adanya hubungan lima indra manusia dengan dunia luar. Baik perasaan senang, susah ataupun netral.
3.      Sannakhandha, adalah kegemaran akan penyerapan yang menyangkut itensitas indra dalam menanggapi rangsangan dari luar yang menyangkut enam macam penyerapan indrawi seperti bentuk-bentuk suara, bau-bauan, cita rasa, sentuhan jasmaniah dan pikiran.
4.      Shankharakhandha adalah kegemaran bentuk-bentuk pikiran. Bentuk-bentuk pikiran disini ada 50 macam, seperti lobha (keserakahan), chanda (keinginan), sadha (keyakinan), viriya (kemauan keras) dan sebagainya.
5.      Vinnanakhandha (kegemaran akan kesadaran) adalah kegemaran terhadap reaksi atau jawaban yang beradasarkan pada salah satu dari keenam indra dengan obyek dari indra yang bersangkutan. Kesadaran mata misalnya, mempunyai mata sebagai dasar dan sasaran benda-benda yang dapat dilihat. Kesadaran tersebut mengarah pada yang buruk, yang baik atau netral
Kelima Kandha tersebut sering diringkas menjadi dua yaitu nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan, yang dapat digolongkan sebagai unsur-unsur rohaniah. Rupa adalah badan jasmaniah yang terdiri dari empat unsur materi, yaitu unsur tanah, air, api dan udara. Manusia dianggap merupakan kumpulan dari lima Kandha tanpa adanya roh atau atma di dalamnya.
Anatma merupakan ajaran yang mengatakan bahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Bila roh yang dianggap sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu perkembangan ataupun kemunduran  
Anatma dapat diterangkan dalam 3 tingkatan, yaitu:
1.      Tidak terlalu mementingkan diri
2.      Kita tidak dapat memerintah terhadap siapa dan apa saja,
3.      Bila tingkatan pengetahiuan tinggi telah dicapai dan telah mempraktekkan akan pengetahuan dan menemukan bahwa jasmani dan batinnya sendiri adalah tanpa aku.
Manusia selalu berada dalam dukkha karena hidup menurut ajaran Budha selalu dalam keadaan dukkha, sebagaimana diajarkan dalam Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Ada 3 macam dukkha, yaitu:
1.      Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
2.      Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
3.      Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukkha)
Nirwana merupakan tujuan akhir dari semua pemeluk Buddha, baik sewaktu masih hidup maupun sesudah mati, yang dapat dicapai oleh setiap orang dengan jalan memahami delapan jalan mulia atau Hasta Arya Marga.
b. Penciptaan Alam
Terbentuknya alam semesta menurut ajaran Buddha berawal dari cahaya. Namun karena ketamakan diri manusia, membuat alam semesta dan bumi ini terbentuk seperti sekarang ini. Hal ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan menghabiskan waktu berabad-abad lamanya. Dalam prosesnya, alam semesta hanya terbentang ini tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Ada tiga susunan alam semesta, yaitu:
            1.  Alam hawa nafsu (kamavacara), alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur bumi (api, air dan udara) yang didiami oleh makhluk-makhluk berbadan kasar (jasmani).
            2.  Alam bentuk (rupavacara), alam ini didiami oleh dewa-dewa yang masih memiliki badan yang lebih halus, tetapi tidak memiliki hawa nafsu.
            3.  Alam yang tidak ada bentuk (arupavacara), pada alam ini didiami oleh dewa-dewa yang tidak berbadan, artinya masuk kea lam ini setelah pengheningan cipta (nibana).
Kisah kejadian alam semesta dan manusia diuraikan oleh Buddha dalam Dighya Nikaya, Agganna Sutta, dan Bahmajala Sutta. Dalam Agganna Sutta diterangkan bahwa sebelum terbentuknya dunia baru yang ditempati manusia, dunia yang lama mengalami kehancuran (kiamat). Setelah melewati satu masa yang lama sekali, maka terbentuklah dunia yang baru. Dan seiring dengan itu, lahir pula makhluk-makhluk yang mati di alam cahaya (ambhasara). Mereka lahir secara spontan sebagai makhluk di bumi yang baru terbentuk itu. Makhluk tersebut hidup dari ciptaan batin (manomaya), memiliki tubuh yang bercahaya dan melayang-layang. Pada saat itu belum ada laki-laki dan perempuan, mereka hanya dikenal sebagai makhluk saja.



C. Hubungan Manusia dan Alam
Interaksi manusia dengan alam juga telah terjadi sejak dahulu kala. Manusia telah memanfaatkan alam, untuk membuat alat berburu, atau dimulainya era bercocok tanam setelah nenek moyang manusia hidup menetap. Selain itu manusia membutuhkan makanan, air, udara yang bersih yang kesemuanya adalah bagian dari lingkungan tempat manusia hidup.
Terlihat dengan jelas bahwa sejak dahulu manusia telah berinteraksi dengan alam dan hewan untuk hidup. Sampai pada akhirnya—saat ini— interaksi tersebut malah merusak hewan dan alam. Banyak spesies hewan yang telah punah,  pencemaran air, udara, dan tanah, perusakan lingkungan hidup dan hutan. Padahal manusia hidup di alam dan membutuhkan alam untuk hidup, namun karena ketamakan manusia alam menjadi hancur. Bahkan bukan hanya alam, hewan pun tidak terlepas dari jerat keserakahan manusia. Perburuan liar terjadi di mana-mana hanya demi kepuasan materi. Alam yang semakin hancur, telah berdampak negatif terhadap hewan. Banyak hewan mati dan akhirnya punah karena lingkungan hidup mereka dirusak oleh manusia. Lebih menyedihkan lagi, manusia masih belum sadar ataupun tidak segera bertindak walaupun manusia telah mengetahui bahwa kehancuran lingkungan akan menyebabkan kehancuran pada dirinya. Hutan yang semakin sempit, polusi udara yang disebabkan kendaraan bermotor atau industri, membuat udara menjadi terkotori dan semakin sulit dibersihkan, hingga akibatnya terjadi pemanasan global yang pada giliran selanjutnya malah akan merugikan manusia sendiri. Jadi perbuatan manusia terhadap hewan atau alam sebagai lingkungan hidup akan mengakibatkan dampak yang akhirnya akan berbalik menghantam manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar