Kelompok 2 :
1. Siti Kusniyatus
Sayidah (1113032100074)
2. Muhammad
Najibuddin (1113032100067)
Sejarah kedatangan dan perkembangan Agama Hindu dan Budha Di
Indonesia
A. SEJARAH KEDATANGAN HINDU-BUDDHA
KE INDONESIA
Pada awalnya Masuknya kebudayaan Hindu-Budha
ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai pendapat para ahli meskipun
masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang
bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Sedangkan teori tentang masuknya
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India
dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana.
Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan
agama Hindu-Budha di Indonesia.
a. Teori
Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
b. Teori Ksatria
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
- C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
- Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
- J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
c. Teori
Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van
Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke
Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang
oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap
sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia,
terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf
Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara
keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan
bahasa tersebut.
Teori ini mempertegas bahwa hanya
kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para
Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama
Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh
golongan Brahmana.
d. Teori
Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
B. PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN
HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Tersebamya pengaruh Hindu dan Buddha
di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada
kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
1. Fakta tentang Proses Interaksi
Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Munculnya pengaruh Hindu-Buddha
(India) di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal
seperti:
a. Seni
Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti
berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi
Hindu maupun Candi Buddha yang ditemukan di Sumatera, Jawa dan Bali pada
dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya lokal dengan bangsa India. Pola
dasar candi merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum,
yaitu bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga
menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.
b. Seni
Rupa/Seni Lukis
Unsur seni rupa atau seni lukis
India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya area
Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam
Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi
Borobudur ada pada relief-relief cerita Sang Buddha Gautama. Relief pada Candi
Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat
dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu,
juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan
lukisan asli Indonesia, karena lukisan seperti itu tidak pernah ditemukan pada
candi-candi yang ada di India. Juga relief Candi Prambanan yang memuat ceritera
Ramayana.
c. Seni Sastra
Seni sastra India turut memberi
corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur,
Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sanskerta
dan huruf Pallawa
d. Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau
penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan
penggunaan tahun Saka. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau
kronogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka.
Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambaran kata.
Bila berupa gambar harus dapat diartikan ke dalam bentuk kalimat.
e. Kepercayaan
dan Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki
kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaannya itu
bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, masuknya pengaruh Hindu-Buddha, ke
Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh
terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
dewa-dewa alam.
f .
Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan. Sistem
pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, yaitu salah seorang
kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena
memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah
masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem
kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan
lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah
kerajaannya secara turun-temurun (Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan,
melainkan oleh keturunan).
C. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN
HINDU-BUDDHA DI INDIA DAN INDONESIA
1. Persamaan
dan perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali
Dilihat dari sisi luar, perbedaan
antara Hindu Indonesia dengan Hindu India sangat kentara. Baik dari makanan
yang dimakan, Pakaian sembahyang, Hari Suci yang dirayakan maupun hal-hal lain
yang bisa dilihat dengan kasat mata. Sebagai contoh, orang-orang india dimana
Veda diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian, sementara orang Hindu Indonesia
(Bali,Jawa) mayoritas non vegetarian. Umat hindu Bali dan Jawa sembahyang tiga
kali yang disebut dengan Tri Sandhya, sedangkan umat hindu dari India biasanya
sembahyang dua kali pagi dan sore.
Salah satu contoh kesamaan ajaran
yang bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia maupun di India adalah Lima
Keyakinan yang dikenal dengan nama Panca Sradda yaitu:
1. Percaya dengan adanya Tuhan,
2. Percaya dengan adanya Atman,
3. Percaya dengan adanya Hukum Karma
Phala,
4. Percaya dengan adanya
Reinkarnasi/Punarbawa/Samsara,
5. Percaya dengan adanya Moksa.
Di Bali ada lagi lontar-lontar yang
ditulis oleh para Mpu yang telah mencapai tingkatan spiritual yang tinggi
seperti: lontar sundari gama, lontar buana kosa, lontar sangkul putih, dan
lain-lain.
2. Perbedaan
Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali
Perbedaan mulai tampak pada kerangka
dasar yang ketiga yaitu yang disebut dengan Upacara atau Ritual dan Hari Raya.
Di sini tradisi dari masing-masing wilayah mewarnai setiap upacara yang ada.
Histori di setiap daerah pun berbeda, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
dalam perjalanan juga tidak sama, sehingga melahirkan perayaan Hari Raya yang
berbeda guna memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan
manusia yang pernah terjadi, yang nantinya bisa selalu diingat dan dijadikan
suri teladan dalam mengarungi kehidupan di maya pada ini.
Jangankan Hindu India dan Indonesia,
antara Hindu Bali dengan di Jawa saja ada banyak perbedaan, untuk memahami
perbedaan-perbedaan ini mari kita tengok sejarah perkembangan Hindu di Bali
seperti yang dituturkan oleh Ida Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija dalam
karyanya: “Hindu dalam Wacana Bali Sentris”
D. Hindu Dharma
dan Buddha Dharma
Hindu
Dharma
Pada tahun 1958 Agama Hindu Bali
mendapat tempat di kementrian agama R.I. sesudah Agama Hindu Bali mendapat tempat
di kementrian agama dibentuklah Dewan Agama Hindu Bali, yang sesudah
kongres disebut Parisada Dharma Hindu Bali (1959), dan yang pada
tahun 1964 diganti dengan Parisada Hindu Bali, hingga sekarang.
Buddha Dharma
Buddha dharma adalah suatu ajaran
yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan pandangan terang yang dapat
membebaskan manusia dari kesesatan dan kegelapan batin dan penderitaan
disebabkan ketidak puasan. Buddha dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian,
filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika dan
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar